BATU LESUNG/LUTAU: ARTEFAK PRASEJARAH TONDEI YANG TAK TERAWAT
Kira-kira 50 meter sebelah
selatan desa Tondei Dua dekat mata air terdapat sebuah lesung batu yang besar.
Dasarnya tertanam jauh dalam tanah. Tingginya ± 1 setengah meter. Pada dinding
luar lesung itu terukir gambar timbul manusia (pria dan wanita) yang seperti
sedang menari. Menurut cerita orang tua-tua, benda itu merupakan benda purba
peninggalan orang-orang yang pernah bermukim di daerah itu di masa lalu.
Di
daerah dimana terdapat lesung batu itu disebut orang “Lutau”. Lutau artinya
“tembak” pemberian nama ini punya sejarahnya sendiri. Konon, pada suatu hari di
siang bolong tiba-tiba penghuni daerah itu dikejutkan oelh bunyi guruh yang
dahsyat bagaikan beratus-ratus meriam ditembakkan pada saat yang sama. Bumi
berguncang dan orang-orang ketakutan. Bunyi yang hebat itu datangnya dari
daerah lesung batu. Mulai saat itu daerah itu disebut orang “lutau”.
Banyak orang telah datang melihat batu
secara langsung. Baik yang dari dalam negeri maupun yang dari luar negeri
sangat terkesan dengan adanya batu ini. Tidak diketahui dengan pasti siapakah
yang membuat batu ini. Apakah orang Minahasa atau orang Bolaang Mongondow.
Karena wilayah kepolisian Tondei ini, dulunya merupakan wilayah dari Bolaang
Mongondow. Banyak bukti yang mendukung hal ini. Satu diantaranya adalah nama
dari perkebunan yang ada di Tondei berasal dari kata-kata Bahasa Bolaang
Mongondow: komanga’an, suka, kaluntai, bugow, neang dan sebagainya.
Gambar timbul (relief) pada dinding batu Lutau
|
|
Batu
yang menyerupai tempat menumbuk padi itu tidak hanya satu. Menurut ekspedisi
yang dilakukan oleh beberapa orang Mahasiswa Tondei, ada 3 buah batu lesung.
Yang pertama di Sagai (dekat anak sungai Raanan), yang satunya ada di
perkebunan Mawale (sebagian besar fisiknya sudah terkubur dalam tanah) dan yang
satunya lagi ada di persawahan di ujung kampung Tondei Dua. Dari ukurannya di
lutaulah yang paling besar. Masih utuh dan belum mengalami kerusakan.
Ada sumber yang mengatakan
bahwa batu Lutau atau lesung itu memiliki nuansa keramat. Maka dari itu, pada
waktu-waktu tertentu ada beberapa orang datang membawa sesajian. Ada anggapan bahwa batu
itu adalah kuburan dari empat orang yang pernah tinggal di sekitar anak sungai
Raanan itu. Ini karena ada empat gambar orang di batu itu.
Ada juga yang beranggapan
bahwa sebenarnya batu itu adalah tugu tanda perdamaian antara orang Minahasa
dan Bolaang Mongondow.
REFERENSI
www.waletawaya.blogspot.com, Sual, Iswan. Misteri
Batu Lutau di Tondei. Suara Lolombulan
dan Sinonsang.
Hasil wawancara dengan orang-orang tua di
Tondei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar